Monday, 12 November 2012

Akar Wangi



Akar wangi merupakan Tanaman Herbal

Informasi Umum

Akar Wangi (Vetiveria zizanioides, syn. Andropogon zizanoides)
famili : Gramine atau rumputrumputan
Daerah asal : India.
sekeluarga dengan Serai atau Padi.

Akar Wangi merupakan tanaman herbal adalah tanaman kasar tegak, berumbai abadi, tingginya 1 sampai 2 meter tinggi, mempunyai akar yang berserat berbau harum. Daunnya teratur dua baris, panjangnya sekitar 1 meter lebar 1 cm atau kurang, dan melipat. Malai-nya tegak, mempunyai cabang-cabang yang ramping, berwarna ungu atau kehijauan, panjang sekitar 20 cm, cabang-cabang yang ramping, menyebar atau keatas,pankang 5 sampai 12 cm.
Tumbuhan ini dikenal orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Aroma wangi ini berasal dari minyak astiri yang dihasilkan pada bagian Akarnya yang dikeringkan secara tradisional dikenal sebagai pengharum lemari penyimpan pakaian atau barang-barang penting, seperti batik dan keris.
Tumbuhan ini merupakan komoditas perdagangan minor namun cukup luas penggunaan minyaknya dalam industri wangi-wangian.

Di Indonesia.Negara yang mengusahakan secara komersial untuk kepentingan penyulingan hanya Indonesia, khususnya P. Jawa. Ada sebagian kecil juga di Kepulauan Reunion.

Akar wangi dikenal dengan beberapa nama di Indonesia, seperti : useur (Gayo),urek usa (Minangkabau), hapias (Batak), narwastu atau usar (Sunda), larasetu (Jawa), karabistu (Madura), nausina fuik (Roti), tahele (Gorontalo), akadu (Buol), sere ambong (Bugis), babuwamendi (Halmahera), garamakusu batawi (Ternate), baramakusu butai (Tidore).

Beberapa negara yang mengusahakan tanaman akar wangi : Brazil, India, Haiti, Kepulauan Reunion, Honduras, Guatemala, Meksiko, Dominika.

Dalam perdagangan minyak akar wangi hanya dikenal dua nama, yaitu java vetiver oil (asal P. Jawa) dan reunion island vetiver oil (asal Kep. Reunion).

Syarat tumbuh dan Budidaya

Di Indonesia tanaman akar wangi dijumpai di Garut (daerah penghasil utama minyak akar wangi), Wonosobo, Pasuruan dan Lumajang.

Ditanam dengan sistem monokultur atau tumpangsari. Toleran tumbuh diketinggian 500 – 1.500 m dpl, curah hujan 1.500 – 2.500 mm per tahun, suhu udara lingkungan 17 – 27o C .  Membutuhkan sinar matahari yang cukup dan lahan terbuka atau tidak terlindung oleh tanaman lain. Kondisi lahan terbaik adalah tanah berpasir atau daerah aliran abu gunung berapi pada lereng-lereng bukit karena akar tanaman akan mudah dicabut pada saat panen sehingga akar tidak ada yang tertinggal.

Waktu penanaman setiap saat sepanjang tahun, namun yang terbaik adalah di awal musin hujan. Pemangkasan dilakukan pada saat usia tanaman 6 bulan untuk meningkatkan hasil sampai 10 %.

Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 bulan, namun untuk memperoleh jumlah akar yang maksimum dan mutu minyak yang tinggi maka pemanenan sebaiknya dilakukan setelah tanaman mencapai umur 14 bulan – 16 bulan. Jika terlalu tua maka kandungan minyak atsiri akan mulai menurun.

Cara memperbanyak dengan biji, memisahkan anak rumpun atau memecah akar tinggal yang telah bertunas

Hasil panen per hektar rata-rata sekitar 15 - 20 ton basah.

Pasar Minyak akar wangi

Dari Indonesia terutama P. Jawa telah menjadi pengekspor minyak akar wangi sejak sebelum perang dunia II yang ditujukan terutama ke Jerman, Perancir, Inggris. Dewasa ini selain ke Eropa juga di ekspor ke USA, Jepang dan Singapura.

Dewasa ini kebutuhan minyak akar wangi dunia mencapai sekitar 300 ton setiap tahun, Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 20 % saja. Beberapa Negara pembeli minyak akar wangi Indonesia adalah AS, Jepang, Singapura, Malaysia, Pakistan, Swiss, India, Inggris, Perancil, Belanda dan Spanyol.

Mutu Minyak Akar Wangi

Persyaratan mutu minyak akar wangi (Indonesia – SP-8-1985) :
         Warna : Kuning pucat sampai coklat kemerahan
         Berat jenis pada 25o C : 1,515 – 1,530
         Bilangan ester : 5- 25
         Bilangan ester setelah asetilasi : 100 – 150
         Kelarutan dalam alkohol 95 % : 1:1 dan seterusnya, jernih
         Alkohol tambahan : negatif
         Minyak lemak : negatif
         Minyak pelikan : negatif
         Rekomendasi untuk bau : segar dan khas minyak akar wangi
         Rekomendasi untuk putaran optik : 17o – 46o

Persyaratan mutu minyak akar wangi menurut Essential Oil Association of USA (EOA) :
    Penampilan dan bau : cairan tidak gelap, berwarma coklat sampai coklat ke merahan, dan bau aromatis
         Berat jenis pada 25o C : 0,984 – 1,035
         Putaran optik : 15o – 45o
         Indeks bias pada 25o C : 1,5200 – 1,5280
         Kelarutan dalam alkohol 80% : larut dalam 1 – 3 volume, seterusnya terjadi opalensi

Kegunaan minyak akar wangi


  • Banyak digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, dan bahan pewangi sabun.

  • Minyak akar wangi mempunyai bau yang menyenangkan, keras, tahan lama, dan disamping itu juga berfungsi sebagai zat pengikat bau (fixative)

  • Karena sifatnya yang susah menguap maka digunakan sebagai pengikat minyak wangi lain dalam satuan parfum agar wanginya tahan lama.

  • Akar Wangi sebagai pendingin, merangsang untuk mengeluarkan keringat, diuretik emmenagogue, tonik refrigeran, dan stomachic.

·         Akar wangi juga dapat digunakan untuk mengusir serangga .bahkan ramuan akar wangi dapat digunakan sebagai obat kumur serta obat gosok.

  • Minyak akar wangi juga digunakan untuk penyedap rasa.


Pengobatan herbal

Dalam pengobatan Herbal, akar wangi dapat untuk mandi tonik, nyeri otot dan mengobati kutu. akar wangi berguna sebagai lithotripic untuk melarutkan atau menghancurkan batu ginjal, menghilangkan rasa haus, pengobatan peradangan, iritasi jerawat dan perut, serta pengobatan demam.
Rebusan akar wangi untuk pengobatan saraf dan melancarkan peredaran darah.

Proses produksi dan perbaikan mutu minyak akar wangi

Proses peroduksi minyak akar wangi dilakukan dengan penyulingan, baik dengan uap maupun uap yang bertekanan tinggi. Rendemen rata-rata minyak akar wangi 1,5%

Kandungan Zat pada Akar Wangi

Akar Wangi juga sebagai obat herbal minyak akar wangi memiliki kandungan berbagai zat yaitu: vetivenes, vetivenol, asam vetivenic, asetat vetivenyl dan senyawa sejenis lainnya.

Beberapa studi yang telah dilakukan antara lain sebagai antihipertensi atau antispasmodic. Skrining fitokimia yang dilakukan menghasilkan fenol, saponin, tanin, dan terpena yang mungkin bertanggung jawab atas vasodilator, cardiodepressant dan efek antispasmodik. Sebagai anti-inflamasi,  menunjukkan bahwa serotonin, histamin dan prostaglandin biosintesis mempunyai fungsi anti inflamasi. Sebagai penolak racun rayap, ditemukan melalui isolasi nootkatone yang signifikan sebagai penolak racun rayap, efektif pengusir bahan beracun baik sendiri atau sebagai tambahan substrat lain.

No comments:

Post a Comment